Archive for September 2014

Membuat Laporan Perjalanan

Tur DKI di Akhir Masa Prakerin

Oleh : Muhammad Nur Huda

Hari itu adalah hari Sabtu tanggal 22 Juni 2014. Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, kami yang berjumlah 10 orang akan pergi ke Jakarta untuk berjalan-jalan serta membeli oleh-oleh karena pada tanggal 26 juni program praktek kerja industri telah selesai dan mengharuskan kami untuk kembali ke Kota Malang. Oleh karena itu kami harus memanfaatkan kesempatan 2 hari tersebut secara maksimal.

Waktu menunjukkan pukul 12.00 WIB. Saat itu sudah mulai masuk waktu dhuhur. Diantara kami banyak yang merasa cemas. Betapa tidak, sesuai rencana seharusnya pakaian yang seharusnya bisa kering selama kami pergi kemungkinan besar tidak akan kering pada waktunya. Kala itu cuaca sedang mendung pekat dan banyak sekali pakaian yang harus kering dalam waktu 3 hari. Kembali ke rencana kami untuk pergi ke Kota Jakarta. Sekali lagi karena tidak ada waktu lagi untuk melakukan kegiatan yang sama, akhirnya kami memutuskan untuk tetapi pergi walaupun hari mulai gerimis.

Perjalanan kami pertama kali dimulai dengan memasuki sebuah angkot jurusan sangiang. Sebenarnya jika kami mau berhemat, maka opsi ini tidak perlu dilakukan. Jarak antara perumahan kami dengan pertigaan sangiang tidak lebih dari 500 meter. Namun karena cuaca sedang hujan, kami memutuskan untuk tetap naik angkot. 

Tidak lebih dari 10 menit kami sampai di transit di titik pertama. Tidak sampai pertigaan yang dimaksud kami sudah turun. Kami berteduh di emper sebuah toko sembari menunggu hujan reda. Memang hari itu bukan hari yang baik, namun jika kami memutuskan untuk tetap tinggal, maka akan menjadi hari yang lebih buruk lagi. 

25 menit berlalu dan intensitas air mulai menurun. Hujan sedikit reda, kami berjalan menuju tempat ngetem angkot dengan jurusan kalideres. Angkot dengan warna putih hijau ini mempunyai trayek dari Kutabumi Tangerang ke Kalideres Jakarta Barat. Kesan yang didapat adalah macet. Wajar, saat itu adalah hari sabtu dimana banyak orang yang bekerja di jakarta pulang ke kota penyangga lain seperti Tangerang. Selain itu karena banyak pkl dan pedagang pasar yang berjualan di sepanjang pasar. 

Pukul 14.00 kami tiba di Terminal Kalideres, Jakarta Barat. Karena kami akan pergi ke kota tua, maka terdapat 2 opsi yang bisa dipilih. Naik metromini atau naik transjakarta. Untuk alasan biaya dan kenyamanan kami memilih transjakarta. Dengan modal Rp. 3500 kita bisa berkeliling jakarta menggunakan bus transjakarta selama kita tidak keluar dari halte bus. Kita cukup transit dari satu koridor ke koridor lain jika berada di halte. Karena kebetulan tujuan kami kota tua, kami harus menuju halte bus Harmoni untuk transit ke koridor 1 jurusan blok M – kota. Waktu tempuh sekitar 1,5 jam.

Pukul 15.30 kami sampai di halte bus kota, tak jauh dari tujuan kami. Karena baru pertama kali, ternyata untuk keluar dari halte kami tidak bisa langsung menuju jalan raya karena untuk keluar kami harus melewati terowongan bawah tanah secara melingkar. Tak disangka ternyata memerlukan jarak yang cukup jauh. Di bawah kami menemukan toilet dan mushola. Karena memang sudah waktu asar, kami mampir untuk menunaikan ibadah sholat asar dan beristirahat.

30 menit berlalu kami kemudian berkeliling di kawasan kota tua. Kala itu sedang ada acara jakarta festival di tempat tersebut. Banyak sekali hiasan dan acara hiburan yang disediakan. Setelah makan di utara kawasan kota tua, kami berjalan-jalan di sekitar kawasan tersebut. Membeli beberapa souvenir dan mengambil beberapa fot o bersama. Kegiatan tersebut kami lakukan hingga waktu maghrib tiba.

Waktu isya hampir tiba, setelah menunaikan ibadah sholat maghrib kami bergegas menuju halte kota untuk menuju monas dengan naik transjakarta lagi. Saat itu adalah ulang tahun jakarta, tidak seperti saat kami berangkat tadi dimana diharuskan membayar Rp. 3500 untuk sekali naik. Kali ini untuk naik transjakarta koridor 1,3, dan 5 tidak dikenakan biaya. Program tersebut digelar selama 2 hari ke depan. Terlihat menyenangkan sepertinya, namun konsekuensinya operasional bus transjakarta menjadi semrawut. 

Bayangkan saja, untuk menunggu satu bus transjakarta untuk kembali ke monas kami harus menunggu selama kurang lebih 1,5 jam. Dalam waktu tunggu tersebut, kondisi halte adalah dipenuhi oleh juga orang-orang yang akan bepergian menggunakan fasilitas yang sama. Udara yang panas dan ketidaktersedianya air minum menambah beban yang harus ditanggung. Semuanya menjadi kelelahan. Di dalam bus, kami juga harus berdiri seperti penumpang yang lainnya.

Dalam perjalanan ternyata bus tidak melwati rute yang seharusnya, sebenarnya jika di kondisi normal bus akan melewati monas dan kami akan turun di halte monas, ternyata jalur tersebut dipotong sehingga kami harus turun di halte pasar senen. Hal itu karena ada penyetopan jalur untuk acara ultah Ibukota Jakarta.

Jam menunjukkan pukul 9 malam, dalam kondisi payah kami harus mencari bus dengan jurusan harmoni atau halte yang lebih dekat dengan harmoni. Sebuah bus datang, karena tidak muat akhirnya kami terpisah. Saya sendiri dengan 2 orang lainnya sudah masuk ke dalam bus, namun tidak dengan 7 orang yang lain. Bingung. Akhirnya kami memutuskan untuk turun di halte pancoran kalau tidak salah. Halte tersebut adalah halte yang berada di sebelah utara istiqlal. Istiqlal sendiri berada di utara monas. Cukup dekat memang. Kami sepakat mengubah rencana dengan bermalam di Istiqlal.

Pukul 9.30 malam kami sampai di gerbang Istiqlal. Tak disangka ternyata pukul 10.00 gerbang harus sudah ditutup dan dikunci. Kami kembali bingung. Sembari menunggu teman-teman yang terpisah kami beristirahat, mandi, dan sholat isya di masjid tersebut. Kondisi kembali berubah lagi ketika teman-teman yang tertinggal ternyata sudah berada di monas. Rencana bermalam di Istiqlal batal, diganti dengan bermalam di monas. Meskipun kami bertiga sudah berada di monas namun tak lantas kami langsung bertemu dengan teman-teman kami. Setelah hampir 2 jam kami berputar-putar akhirnya kami bisa bertemu. 

Waktu itu menunjukkan pukul 13.00. Tinggal lelah dan lapar yang ada. Mengambil beberapa gambar untuk kenangan dan akhirnya kami satu per satu tidur beralaskan terpal milik pedagang kaki lima yang ada. Namun tidak semuanya yang tidur. Masih ada 2 teman kami yang berjaga sehingga tidak cukup untuk mengamankan teman lain yang sedang tertidur. 

Hari mulai beranjak pagi, waktu menunjukkan pukul 3.30. Masih belum memasuki waktu shubuh. Satu persatu dari kami terbangun. Sesuai rencana kami menuju masjid istiqlal lagi untuk menunaikan sholat shubuh serta mandi. Di sana kami bisa beristirahat dengan agak nyaman karena kondisi tempat yang tenang sambil menunggu waktu shubuh tiba. Pukul 05.00 kami berkemas kemas kemudian membeli beberapa oleh-oleh di kawasan monas. Di sana kami juga bisa melihat calon presiden jokowi berorasi dalam acara gerak jalan sehat. Cukup kagum karena bisa melihat sosoknya dari jarak dekat. Setelah itu karena transjakarta masih gratis dan kesempatan terakhir menjelajah jakarta, kami memutuskan untuk menyusuri kawasan blok M. Sama seperti kemarin, halte masih penuh dengan antrian puluhan orang. Perjalanan menuju blok M memakan waktu hampir 2 jam. Hal ini dikarenakan kemacetan yang terjadi di daerah bundaran HI.

Pukul 10.00 pagi kami sampai di kawasan blok M, kami berkeliling untuk melanjutkan membeli beberapa barang. Ada yang membeli baju, sepatu, sabuk, celana, dan barang lainnya. Kami berkeliling sampai kami puas. Belum sampai 1 jam kami sudah puas, akhirnya kami kembali menaiki bus transjakarta untuk menuju ke tempat grosir terbesar yakni pasar tanah abang. Perjalanan kira-kira membutuhkan waktu sekitar 1 jam. 

Tepat saat adzan dhuhur kami sampai di blok E pasar tanah abang. Kami menyempatkan diri untuk makan siang kemudian sholat dhuhur. Setelah itu kami mengunjungi blok E dan blok G. Di sela-sela perjalanan kami juga mengunjungi pasar kaget yang ada di sana. Selama 2 jam berkeliling dan membeli beberapa barang yang belum terbeli kami memutuskan untuk pulang. Pukul 14.30 kami kembali menuju halte untuk pulang ke rumah sementara kami di tangerang.

Demikian perjalanan kami selama 2 hari di Jakarta terhitung mulai tanggal 22 – 23 Juni 2014. Terima kasih.


Perjalanan ke Jogjakarta

Oleh : Refian Ramandaka

Pada hari Sabtu, 21 Desember 2009 kami berangkat menuju Jogjakarta pada pukul 21.00. Pada hari Minggu, 22 Desember 2009 subuh,kami istirahat di Masjid Pekalongan,lalu melanjutkan perjalanan kembali.

Sampai di Jogjakarta langsung mengunjungi Candi Borobudur. Di Borobudur,kami melihat patung-patung secara detail,ada banyak patung disana,ada beberapa patung yang kepalanya tidak ada karna ditelan usia.

Borobudur adalah nama sebuah candiBuddha yang terletak di Borobudur,Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.

Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra(sikap tangan) Dharmachakra mudra(memutar roda dharma).

Ada juga patung singa. Pada Candi Borobudur selain patung Budha juga terdapat patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak kurang dari 32 buah akan tetapi bila di hitung sekarang jumlahnya berkurang karena berbagai sebab satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang juga menghadap ke barat seolah – olah sedang menjaga bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.

Setelah ke Candi terus aku melajutkan ke Monumen Jogja Kembali (Monjali). Monjali berada di Jln Lingkar Utara (Ring Road Utara), Yogyakarta, antara Jln. Lingkar Utama, Jln. Plagan Tentara Pelajar dan Jln Monjali. Monjali didirikan 29 Juni 1985 dengan peletakan batu pertama dan penanaman kepala kerbau oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII.

Dis adalah berupa bangunan yang terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama terdapat 4 museum yang menyimpan benda-benda bersejarah seperti senjata, mesin ketik, telepon dan sebagainya. Di lantai ini pula terdapat perpustakaan yang kebanyakan berisi buku-buku ensiklopedia. Selain itu terdapat pula ruang pemandu dan, ruang pengelola dan ruang serba guna. bagian luar terdapat pula kolam yang mengelilingi bangunan utama Monjali.

Di lantai kedua terdapat ruang diorama yang mengisahkan perjuangan bangsa Indonesia ketika Belanda menghianati perjanjian Reville hingga terjadilah peristiwa yang sangat bersejarah yaitu Serangan Umum 1 Maret. Di sekeliling bagian luar lantai 2 terdapat pula relief yang kurang lebih menceritakan hal yang sama dengan diorama di dalam. Setidaknya terdapat sekitar 40 relief yang diukir di sekeliling tembok lantai 2 bagian luar.

Salah satu pahatan di lantai 3 Lan Lantai ketiga adalah lantai khusus yang mendoakan para pahlawan yang gugur dan ruang tersebut dinamakan dengan ruang Garbha Graha. Di ruang ini terdapat pahatan yang berukuran besar yang di pahat di dinding ruang. Di tengah ruang terdapat tiang bendera temapt dimana bendera Merah Putih berkibar. Di sisi lain juga terdapat ukiran dari tulisan man presiden Suharto.

Ukiran Nama Pahlawan Yang GugurDi Diluar bangungan utama Monjali terdapat sekitar 422 nama Pahalawan yang terukir yang merupakan Pahlawan yang gugur selama Clash Kedua terhitung dari tanggal 19 Desember 1948 – 29 Juni 1949. Selain itu terdapat pula replika pesawat Cureng yang merupakan sumbangan dari TNI Angkatan Udara.

Peresmian MonjaliMenurut Pak Ngatino yang telah bekerja selama 21 tahun di Monjali. Monjali merupakan ide dan gagasan dari para pejuang kemerdekaan yang masih ada, salah satunya adalah kolonel Soegiarto. Pada saat itu Presiden Suharto bertindak sebagai penanggung jawab pembangunan Monjali, sedangkan Sri Sultan Hamengkubuwono bertindak sebagi orang yang mencarikan lokasi untuk Monjali. Menurut beliau Monjali menghabiskan dana sekitar Rp.9 Miliar untuk pembangunannya. Monjadi sendiri diresmikan dan dibuka untuk publik pada tanggal 6 Juli 1989 oleh mantan presiden Suharto.

Dalam rangka mengenalkan masyarakat tentang dunia penerbangan dan kekuatan angkatan udara Indonesia maka TNI AU membuat museum dirgantara yang diresmikan 4 April 1969 di Jakarta. Akan tetapi atas berbagai pertimbangan maka museum ini dipindahkan ke Yogyakarta ( 29 Juli 1978). Sampai saat ini MUSEUM DIRGANTARA MANDALA terdapat lebih 10.000 koleksi alutsista dan 40 pesawat terbang dari negara barat sampai timur.

Dirgantara berbagai koleksi tersebut antara lain pesawat WEL RI X, yang merupakan pesawat produksi pertama putra putri Indonesia tahun 1948 oleh Biro Rencana dan Konstruksi, Seksi Percobaan Pembuatan Pesawat Terbang, Magetan, Madiun. Pesawat ini menggunakan mesin Harley Davidson 2 Silinder tahun 1928. Lalu Pesawat Pembom Guntai direbut dari Jepang ketika Belanda melakukan blokade terhadap dirgantara Indonesia, pesawat ini juga melaksanakan pemboman terhadap lawan di Semarang tanggal 29 Juli 1947. dan lain sebagainya.

Tempat terakhir yang dikunjungi yaitu Malioboro.Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan kota Jogja, ini didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tak ketinggalan para pedagang kaki limanya. Untuk pertokoan, pusat perbelanjaan dan rumah makan yang ada sebenarnya sama seperti pusat bisnis dan belanja di kota-kota besar lainnya, yang disemarakan dengan nama-merk besar dan ada juga nama-nama lokal. Barang yang diperdagangkan dari barang import maupun lokal, dari kebutuhan sehari-hari sampai dengan barang elektronika, mebel dan lain sebagainya. Juga menyediakan aneka kerajinan, misal batik, wayang, ayaman, tas dan lain sebagainya. Terdapat pula tempat penukaran mata uang asing, bank, hotel bintang lima hingga tipe melati.

Keramaian dan semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari banyaknya pedagang kaki lima yang berjajar sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya, hampir semuanya yang ditawarkan adalah barang/benda khas Jogja sebagai souvenir/oleh-oleh bagi para wisatawan. Mereka berdagang kerajinan rakyat khas Jogjakarta, antara lain kerajinan ayaman rotan, kulit, batik, perak, bambu dan lainnya, dalam bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan rotan, wayang kulit, gantungan kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon batik [semacan topi khas Jogja/Jawa], kaos dengan berbagai model/tulisan dan masih banyak yang lainnya. Para pedagang kaki lima ini ada yang menggelar dagangannya diatas meja, gerobak adapula yang hanya menggelar plastik di lantai. Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja antar pengunjung akan saling berdesakan karena sempitnya jalan bagi para pejalan kaki karena cukup padat dan banyaknya pedagang di sisi kanan dan kiri.

Dan ini juga perlu di waspadai atau mendapat perhatian khusus karena kawasan Malioboro menjadi rawan akan tindak kejahatan, ini terbukti dengan tidak sedikitnya laporan ke pihak kepolisian terdekat soal pencopetan atau penodongan, dan tidak jarang pula wisatan asing juga menjadi korban kejahatan dan ini sangat memalukan sebenarnya. Tapi setelah setengah jam keliling-keliling, akhirnya dapat juga oleh-oleh.
Friday 26 September 2014
Posted by Nur Huda

Membuat Otobiografi


Mendaftar di SMK PGRI 03 Malang


Oleh : Muhammad Nur Huda

Hari itu, tanggal 22 Januari 2012 pukul 13.00 WIB adalah waktu pulang bagi siswa SMP Negeri 1 Batu. Seperti biasa saya berjalan ke arah selatan seusai melewati gerbang sekolah untuk naik angkutan umum jurusan Batu – Songgoriti dengan letter B. Angkutan tersebut punya rute yang paling dekat dengan rumah saat saya turun. Namun tak biasanya saat saya melewati gerbang. Ada 3 orang berseragam kemeja sedang membagikan brosur pendaftaran siswa baru.”SMK PGRI 03 Malang, kerja aja bisa apalagi kuliah”. Wah, ada yang menarik dengan kalimat yang satu ini. Memang saat itu saya sedang duduk di kelas 9 dan tandanya saya harus mencari sekolah baru saat saya lulus nanti. Kebiasaan untuk membuang brosur pemberian orang yang tidak dikenal akhirnya mendapat pengecualian saat itu.

Sambil berjalan sesekali terbaca isi dari brosur tersebut. Ada 10 kelas industri, pelatihan mengemudi, mendapat tas, dan lain sebagainya. Benar-benar tawaran yang cukup menarik. Kembali teringat teman-teman di lingkungan rumah yang mayoritas juga lulusan sekolah yang satu ini. Kembali berangan-angan, teman bermain saat kecil ternyata sekarang sudah bekerja di Batam. Memang dia 3 angkatan diatasku. Bergeser dengan yang lebih muda, ternyata sekarang sudah kuliah di politeknik malang. Di sisi lain ada juga yang kuliah entah dimana, tapi mengambil jurusan tentang pendidikan sipil. Ada juga yang memilih dropout untuk menikahi seorang gadis sebayanya. Bervariasi memang, tidak selalu bekerja namun ada juga yang kuliah bahkan menikah. 

Setibanya di rumah, aku mulai berkonsultasi dengan kedua orang tua. Memang sebagai orang tua ayah punya kerabat yang kebanyakan putra-putrinya juga bersekolah di SMK PGRI 03 Malang. Kali ini berbeda jika dilihat dari sudut pandang ayah. Kebanyakan dari mereka saat lulus dari SMK ini mendapat pekerjaan yang layak namun dengan catatan lokasi pekerjaan yang sangat jauh misalnya di Sumatra, Jakarta, Kalimantan, bahkan ada yang sampai mendarat di tanah Papua. Keren memang, namun jika dipikirkan ngeri juga harus bekerja dengan jauh dari orang tua. Kembali ke cerita ayah, banyak juga dari mereka yang sedang menempuh kegiatan prakerin malah harus dropout dari sekolah karena masalah tertentu. Belum lagi ada juga yang baru beberapa bulan di sana sudah mendapat surat pindah sekolah. Wah, sekolah ini memang benar-benar menjalankan mottonya, “Success By Discipline”.

Satu lagi keunikan dari sekolah ini. Bagi siswa laki-laki, ternyata ada kewajiban untuk mencukur rambut mereka dengan ukuran yang ditentukan yakni rata 1 cm. Entah apa alasan dari peraturan tersebut namun memang sangat berbeda dengan sekolah swasta sejenis. 

Sebenarnya ada 3 sekolah yang menjadi kandidat setelah lulus nanti. Ada SMK PGRI 03 Malang, SMK Telkom Sandy Putra Malang, dan SMKN 1 Singosari. Satu sekolah negeri dan dua sekolah swasta. Menarik, SMK Telkom Sandy Putra Malang terkenal dengan sistem sekolahnya yang baik dan memang menjadi sekolah unggulan untuk jurusan IT. Tak kalah dengan SMKN 1 Singosari. Namun dari 2 sekolah tersebut, SMK Telkom Sandy Putra Malang gugur menjadi pilihan karena factor keuangan. Bayangkan saja untuk pendaftaran awal dibutuhkan dana sekitar 8 juta. Sangat tidak sesuai dengan kondisi keuangan keluarga saya sendiri. SMKN 1 Singosari juga gugur menjadi pilihan karena letak sekolah yang terlalu jauh dari rumah. Akhirnya pilihan jatuh kepada SMK PGRI 03 Malang. Entah apa yang saya pikirkan saat itu, saya begitu tertarik dengan kedisiplinan yang ditawarkan. Menarik untuk dicoba. Di sisi lain, uang masuk dan SPP perbulan juga terhitung lebih murah dari yang lain. Sedangkan untuk jarak sekolah lumayan karena SMK PGRI 03 Malang ini terletak cukup dekat dengan terminal landungsari dimana terdapat bus Puspa Indah yang memang mempunyai rute yang dekat dengan rumah. Teman-teman yang lain ternyata juga banyak yang menjatuhkan pilihan ke SMK PGRI 03 Malang.

Hari silih berganti, tryout demi tryout satu demi satu terselesaikan. Hari itu adalah tanggal 14 Februari 2012. Fotokopi rapor 5 semester dengan legalisir sudah ada di tangan, blanko pendaftaran juga sudah didapat. Berangkatlah aku dengan dibonceng ayah menuju sekolah ini untuk melakukan pendaftaran. Begitu sampai di halaman SMK PGRI 03 Malang, kesan pertama yang didapat adalah memang sekolah ini cukup diancungi jempol. Baru memarkir kendaraan sudah disambut oleh seorang satpam dengan menanyakan keperluan. Akhirnya kami diantar ke tempat pendafataran karena memang hanya itu niat kami. Disana melakukan beberapa tes kesehatan seperti tes buta warna, tes rabun jauh, dan tes tinggi serta berat badan. Tak ada yang sulit karena memang jalur yang ditempuh adalah jalur PPA. Maka dari itu nilai rapor ditentukan. Berbeda dengan jalur regular yang mengharuskan calon siswa untuk komputer. Kurang lebih dari 1 jam proses pendaftaran selesai, tinggal menunggu pengumuman.

Satu bulan berjalan, frekuensi tryout semakin banyak dilakukan untuk persiapan ujian nasional. Tidak ketinggalan jam pelajaran tambahan yang dilakukan saat sebelum dan sesudah jam normal sekolah. Hari yang sangat sibuk saat itu dan juga melelahkan. Akhirnya tiba saat pengumuman diterima/tidaknya calon siswa dari gelombang ppa tahap 1. Saat itu bukan saya sendiri yang mengambil pengumuman teresbut, melainkan ayah saya. Bukannya tidak mau mengambil namun karena terbentur dengan kegiatan sekolah yang penting maka keputusan itulah yang diambil. Saat saya tiba di rumah, dan Alhamdulillah disana terdapat selembar kertas berwarna pink dan hijau yang menerangkan saya diterima bersekolah di sana. Akhirnya selesai sudah proses memilih sekolah yang penuh pertimbangan.

Satu lagi bulan yang berlalu. Hari itu adalah minggu ketiga dari bulan April. Selama 3 hari kami sebagai siswa sekolah menegah pertama menjalani ujian nasional. Setelah melewati hari-hari dengan belajar, berlatih dan berdoa datanglah hari tersebut. Hari pertama adalah pelajaran bahasa Indonesia. Pelajaran yang cukup membingungkan karena jawaban yang disediakan adalah mirip antara satu dengan yang lain. Selain itu bacaan yang disediakan juga tidak bisa dikatakan pendek. Terkadang satu soal menghabiskan sampai satu halaman. Kesabaran dan ketelitian menjadi kunci mengerjakan soal-soal tersebut.

Hari pertama berlalu, kini datang mata pelajaran kedua yakni Matematika. Pelajaran satu ini menjadi pelajaran yang cukup ditakuti oleh sebagian besar siswa karena banyak sulitnya perhitungan yang dilakukan serta banyak juga rumus yang harus dihafalkan. Sekali lagi ketelitian dan hafalan rumus sangat diperlukan.

Hari terakhir ujian nasional akhirnya tiba. Kali ini adalah mata pelajaran IPA yang diujikan. Tak terlalu sulit juga tidak terlalu mudah. Namun ketelitian dan pemahaman materi sangat diperlukan. Terdapat beberapa perhitungan yang harus dilakukan untuk soal-soal fisika. Mungkin ini adalah kombinasi soal dari 2 hari yang lalu. 

Akhirnya 3 hari penentuan sudah bisa dilewati dengan lancar. 2 bulan kedepan hari demi hari adalah digunakan untuk menunggu pengumuman kelulusan. Tidak ada hal yang berarti untuk dilakukan. Hari itu minggu kedua dari bulan Mei dan pada hari itu juga adalah hari untuk melakukan pengukuran segaram di sekolah yang baru. Saya dan empat teman lainnya bersama-sama naik bus Puspa Indah untuk berangkat ke sekolah tersebut. Suasana baru dapat dinikmati. Ternyata lelah juga jika setiap hari harus naik bus untuk berangkat sekolah. Mungkin juga karena memang saat itu baru pertama kalinya. Tidak lebih dari 1 jam proses pengukuran seragam sekolah sudah selesai. Kami memutuskan untuk pulang. Namun kali ini kami ingin mencoba untuk pulang dengan angkutan kota. Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa naik angkutan kota lebih tidak nyaman disbanding naik bus, disamping itu waktu tempuh yang dibutuhkan juga lebih panjang. 

1 bulan kembali berlalu. Hari ini pengumuman kelulusan. Satu acara yang dimulai dari pukul 8 hingga pukul 1 siang dilakukan. Mulai dari sambutan-sambutan, berbagai pertunjukan, pengumuman kelulusan hingga, pembagian ijazah. Dan Alhamdulillah saya lulus dengan nilai yang cukup memuaskan. 

Kini tiba saatnya mulai menjalani pendidikan di sekolah yang baru. Hari itu adalah hari sabtu di minggu pertama bulan juni. Semua siswa diharapkan berkumpul untuk pembekalan MOS yang akan dilakukan selama 1 minggu ke depan. Pembagian seragam olahraga dan seragam mos dilakukan. Tak ketinggalan tas yang dijanjikan juga diberikan. Acara berlangsung hingga pukul 11. Banyak siswa yang masih belum sesuai dengan peraturan SMK yang mewajibkan siswanya untuk mencukur rambut sesuai ketentuan. Oleh karenanya banyak juga yang harus terlebih dahulu menyelesaikan urusannya dengan pihak sekolah. Ternyata memang benar apa yang dibicarakan dari mulut ke mulut tentang peraturan sekolah ini. Disiplin iya, gundul iya, dan yang pastinya sangat menuntut untuk taat kepada peraturan. Dan yang terpenting kini saya sendiri masih menjadi bagian dari sekolah ini hingga saat ini.


Otobiografi Saya

Oleh : Refian Ramandaka



Nama saya Refian Ramandaka panggilanku Refian atau Gantrong lahir di Batu, 17 Desember 1996. Saya anak pertama dari dua bersaudara. Ayah dan ibu saya seorang pengusaha swasta. Ayah dan ibu sya selalu menyayangi saya sejak kecil. Meskipun saya anak pertama, bukan berarti saya tidak di sayang.

Pada umur 5 tahun, saya sudah masuk ke TK MI Thorikul Huda. Disamping diajari membaca dan menulis saya juga diajari menjadi anak yang mandiri terbukti saya yang berani berangkat dan pulang dari sekolah sendiri tanpa dijembut orang tua.

Pada umur 6 tahun, saya sudah ingin masuk ke Sekolah Dasar. Meskipun kedua orang tua saya tidak mengizinkannya karena mereka menganggap untuk masuk ke SD harus berumur 7 tahun. Tapi berkat keinginan kuat saya supaya masuk SD, akhirnya saya benar- benar menjadi siswa Sekolah Dasar Negeri 01 Batu.

Selama di SD saya diajarkan berbagai pengetahuan umum. Seperti Matematika, Bahasa Indonesia maupun Bahasa Inggris dan sebagainya. Saya juga dibekali oleh pengetahuan sosial.

Pada umur 11 tahun, ke SMPN 06 Batu. Disana saya bertemu dengan kawan masa kecil saya dan bertemu dengan teman-teman baru yang luar biasa. Di SMP saya diajarkan pengetahuan umum yang lebih mendalam seperti Fisika, Biologi, Matematika dan sebagainya. Dan pelajaran yang sulit saya serap adalah Matematika tapi saya masih tertolong dengan pelajaran lain yang saya kuasai. Di SMP saya jarang mengikuti even di luar sekolah karena saya aktif di organisasi dan ekstrakulikuler. Di SMP juga saya telah mengenal persahabatan, cinta, dan persaingan. Dan hal itulah yang sulit saya lupakan.

Pada umur 14 tahun, saya Masuk ke SMK PGRI 3 Malang. Saya sangat senang karena dapat masuk ke SMK yang sama dengan teman-teman saya dulu. Dan sampai sekarang aku masih sekolah di SMK PGRI 3 Malang dan sebentar lagi mau kelulusan.


Autobiografi 

Oleh : Anggia Fitri C.

Nama saya Anggia Fitri Choirunisa, saya biasa dipanggil Anggi / Anggia oleh teman-teman saya. Saya lahir pada tanggal 30 Januari 1998, hari Jumat tepatnya. Saya merupakan anak pertama dari 3 bersaudara. Dulunya ayah saya bekerja sebagai pegawai swasta, dan ibu saya adalah seorang ibu rumah tangga biasa. Saya memiliki dua adik perempuan, dimana adik pertama saya saat ini duduk dibangku kelas 6 SD, dan adik kedua saya masih duduk dibangku kelas 1 SD.

Pada saat saya masih berumur 1,5 bulan, kedua orang tua saya menitipkan saya kepada bibi saya. Pada saat itu ibu saya masih memiliki kontrak kerja di sebuah hotel yang berada di Bali, sedangkan ayah saya bekerja di sebuah kapal tepatnya di Samarinda, Kalimantan Timur. Saat saya berumur kurang lebih 3 bulan, ibu saya memutuskan untuk berhenti bekerja dan menyusul ayah saya yang ada di Kalimantan. Sejak saat itu saya tinggal di Samarinda, Kalimantan Timur, tepatnya di Jl. Kemangi No. 27 Kec. Sungai Kunjang selama kurang lebih 6,5 tahun.

Pada saat saya berumur 4 tahun, saya memulai pendidikan pertama saya di TK Lestari 1 Sungai Kunjang tepatnya tahun 2003 - 2004 yang letaknya tidak jauh dari rumah saya saat  itu.  Tahun berikutnya ketika saya berumur 5 tahun, saya melanjutkan pendidikan saya di Sekolah Dasar Negeri 006 Samarinda, pada saat menginjak semester 2 dikelas 1 ibu saya memindahkan sekolah saya ke Jawa tepatnya ke rumah asal saya yang ada di Kec. Ngantang, dan saya melanjutkan sekolah saya di Sekolah Dasar Negeri Kaumrejo 01, saya dipindahkan karena saat itu ibu saya akan segera melahirkan dan ayah saya yang pada saat itu bekerja di kapal sangat jarang pulang, dan kadang hanya pulang 2 atau 3 bulan sekali, karena saat itu ibu saya sedang hamil dan disana tidak ada yang mengurus saya, maka ibu saya memindahkan saya sementara waktu, tidak lama saya bersekolah disana, hanya 3 bulan dan setelah ibu saya pulih, kami kembali ke Samarinda dan saya kembali ke sekolah lama saya yakni di SDN 006 Samarinda.

Saya melanjutkan kembali pendidikan saya hanya sampai saya duduk dibangku kelas 3 SD di SDN 006, kemudian saya pindah sekolah dan kembali lagi ke SDN Kaumrejo 01 dan menetap di rumah asli saya yakni di Kec. Ngantang, Kab. Malang, di provinsi Jawa Timur tepatnya, semenjak saat itu saya tidak lagi kembali ke Samarinda karena nenek saya yang melarang kedua orang tua saya kembali, karena hanya anak nenek sayalah (Ibu) yakni keluarga saya tepatnya, yang berada paling berjauhan dengan saudara – saudara saya yang lain (terutama anak – anak dari nenek saya).

Tidak terasa hari - hari berlalu begitu cepat, pada saat itu saya lulus dari SDN Kaumrejo 01 dan melanjutkan pendidikan saya ke tingkat yang lebih tinggi, dan saya diterima di SMP Negeri 1 Ngantang pada tahun angkatan 2009 – 2012. Tahun pertama di SMP saya merupakan seorang anak yang sangat pemalu dan pendiam, setelah naik ke kelas 2 saya menjadi sedikit cerewet dan agak malas (tidak untuk ditiru), dan pada saat saya naik ke kelas 3, saya tiba – tiba menjadi rajin, dan tidak terlalu cerewet seperti di kelas 2. Tidak terasa masa SMP berlangsung begitu cepat, setelah saya lulus dari SMPN 1 Ngantang, bibi saya menyarankan saya untuk meneruskan sekolah saya di Sangkulirang, di Kalimantan Timur juga tepatnya, tapi saya berfikir jauh dari orang tua itu pasti sangat tidak nyaman rasanya, dan akhirnya om saya menyarankan saya untuk bersekolah di Kota Malang, tepatnya di SMK PGRI 3 Malang, semua teman se – SMP saya yang ingin bersekolah disana sudah mendaftarkan diri semuanya, pada waktu itu saya mendaftar sendiri dengan diantar Ibu saya, dan mengikuti pendaftaran jalur Gelombang 1 pada waktu itu. Saya bingung ingin mengambil jurusan apa, tetapi saya tertarik pada jurusan IT, dan akhirnya saya memutuskan untuk mengambil jurusan Rekayasa Perangkat Lunak (RPL), setelah mengikuti test, ternyata saya diterima dan setelahnya saya menjalani MOS selama satu minggu penuh, dimana hari pertama dan kedua ditempatkan di markas militer Arhanud yang ada di daerah Karangploso, hari ketiga dan keempat di Universitas Kanjuruhan Malang, dan hari kelima dilanjutkan dengan berjalan kaki mulai dari stadion brantas batu, hingga lapangan Bumiaji dan disana seluruh peserta MOS menjalankan MOS terakhir dengan menginap semalam di lapangan Bumiaji.

Seminggu berlalu dan MOS telah selesai, saya menjalani MOS dengan baik, dan secara resmi saya telah menjadi siswi SMK PGRI 3 Malang setelah MOS tersebut. Awal memasuki kelas 1 saya ditempatkan di kelas X RPL A selama 3 bulan lamanya, setelah ujian tengah semester terjadi rolling kelas dimana saya ditempatkan di kelas X RPL B. Setahun sudah saya mengikuti pelajaran di kelas X, dan akhirnya saya naik ke kelas XI dan menjalankan masa PRAKERIN, pada saat PRAKERIN ternyata saya ditempatkan di sebuah ISP, PT. Maxindo Mitra Solusi di daerah Dieng – Malang tepatnya. Saya tidak sendirian disana, bersama dengan teman sejak SMP saya, Winda yang 1 jurusan juga dengan saya, dan 4 orang anak jurusan Teknik Komputer Jaringan. Hari itu pada tanggal 22 Juni 2013 kami semua datang ke tempat PRAKERIN tersebut hanya untuk perkenalan saja, kami resmi menjalani masa PRAKERIN pada tanggal 1 Juli 2013. Hari pertama tidak ada pekerjaan yang kami lakukan, saya masih memaklumi mungkin karena kami semua masih baru, tetapi setelah berbulan – bulan hasilnya tetap sama, kami semua tidak melakukan apapun, hanya duduk manis, bersantai, menonton film hanya itu saya. Kami semua tidak mendapatkan ilmu sama sekali, entah karyawan sana yang terlalu sibuk hingga tidak mempedulikan kami, atau memang mereka yang tidak percaya pada kami karena kami hanya anak SMK yang sedang magang, entahlah....

Setahun sudah saya menjalani PRAKERIN kemudian saya dan teman – teman pun naik ke kelas XII dan kembali memulai pelajaran seperti di kelas X dulu. Setelah lulus dari SMK PGRI 3 nanti saya berencana melanjutkan kuliah tetapi kedua orang tua saya menyuruh saya untuk bekerja terlebih dahulu, hufftt... saya juga sebenarnya masih bingung antara kuliah atau bekerja setelah lulus nanti, biar waktu saja yang menjawab J . Demikian autobiografi singkat saya, terimakasih.



Aotobiografi


Oleh : Fitri Yudhana

                Di Malang, pada hari Sabtu, 10 Januari 1998, saya lahir dari rahim ibu saya dengan nama Fitri Yudhana. Saya dibesarkan oleh ibu saya di sebuah rumah sederhana, di Jl. Terusan Kawi no. 3 PAV. Saya hanya dibesarkan oleh ibu, pakde, dan kakek juga nenek dan tanpa ayah. Saya adalah anak pertama dan satu-satunya. Ibu saya bernama Siti Rahayu dan ayah saya bernama Fx. Wisnu Wardhana. Kedua orang tua saya berbeda agama, ibu seorang Muslim, dan ayah saya seorang Katholik.
                Saat itu ulang tahun ke-3, pada tanggal 10 Januari 2001. Ulang tahun yang begitu istimewa karena itulah saat pertama saya bertemu dengan ayah. Itulah saat pertama saya melihat wajahnya, mendengar suaranya, dan mengenalnya, juga merasakan kasih sayangnya. Karena, sejak lahir saya tidak didampingi sama sekali oleh ayah saya.
                Pada tahun 2002, adalah masa sekolah pertama saya, yaitu masa Taman Kanak-Kanak. Saya bersekolah di TK. Senaputra yang jaraknya lumayan jauh dari tempat tinggal kami. Saya belajar selama 2 tahun di TK dan kemudian melanjutkan sekolah saya ke jenjang pendidikan selanjutnya.
                Pada tahun 2004, awal saya masuk ke Sekolah Dasar. Tepatnya di SD. Laboratorium UM yang jaraknya juga lumayan jauh dari tempat tinggal saya. Saya menghabiskan masa SD saya selama 5 tahun. Karena, saya mengikuti program akselerasi atau percepatan di sekolah saya. Saya termasuk siswi berprestasi untuk dapat mengikuti program ini, karena tidak mudah untuk dapat lolos untuk masuk ke nominasi. Dan puji syukur, saya dapat lolos ke program ini dengan masa belajar 5 tahun dan dengan nilai yang kompeten.
                Di masa Sekolah Dasar inilah masa terberat saya, dan keluarga saya, karena di masa inilah orang tua saya bercerai. Saat itu tahun 2008 ketika orang tua saya bercerai. Namun, walaupun terjadi gejolak di keluarga saya, saya masih bisa berkonsentrasi dan kompeten di Sekolah Dasar saya.
                Masa Sekolah Dasar sudah berlalu, dan saya melanjutkan sekkolah saya ke jenjang Sekolah Menengah Pertama atau SMP. Pada tahun 2009 adalah awal saya masuk SMP. Nama sekolah saya cukup panjang, yaitu Cambridge International School of Laboratory Basic Education atau SMP Laboratoruim Internasional. Ini adalah sekolah SMP favorit saya, karena ini adalah sekolah internasional yang pertama kali di kota Malang. Bahasa yang digunakan sehari-hari adalah Bahasa Inggris, dan Bahasa yang dipelajari adalah Bahasa Jerman, Bahasa Jepang, dan Bahasa Mandarin. Walaupun menggunakan Bahasa inggris, kami tetap mempelajari Bahasa Indonesia dan Bahasa jawa. Meskipun sedikit sulit, tapi saya bangga bisa sekolah di sana.
                Pada tahun 2012, saya lulus dari SMP dan melajutkan sekolah saya ke tingkat Sekolah Menengah Kejuruhan atau SMK. SMK yang saya pilih adalah SMK PGRI 3 Tlogomas Malang. Karena menurut saya dan ibu saya, sekolah ini adalah SMK terbaik di kota Malang. Saya memilih jurusan RPL atau Rekayasa Perangkat Lunak. Saya ingin mempelajari pendalaman tentang aplikasi, sistem informasi dan pendalaman tentang sistem computer di jurusan ini.
                Hingga sekarang, saya masih bersekolah di SMK ini. Saya duduk di kelas 3 RPL-C dan mendapatkan teman-teman yang sangat luar biasa di kelas ini. Masa lalu saya memang buruk, tapi ketika di sekolah, saya merasa bahagia dan lupa akan masa lalus saya yang suram. Masa lalu bukan untuk disesali, namun, masa lalu adalah pelajaran berharga untuk di masa depan J
Posted by Nur Huda

- Designed by Kelompok Tiga -