Posted by : Nur Huda Friday 26 September 2014

Tur DKI di Akhir Masa Prakerin

Oleh : Muhammad Nur Huda

Hari itu adalah hari Sabtu tanggal 22 Juni 2014. Seperti yang sudah direncanakan sebelumnya, kami yang berjumlah 10 orang akan pergi ke Jakarta untuk berjalan-jalan serta membeli oleh-oleh karena pada tanggal 26 juni program praktek kerja industri telah selesai dan mengharuskan kami untuk kembali ke Kota Malang. Oleh karena itu kami harus memanfaatkan kesempatan 2 hari tersebut secara maksimal.

Waktu menunjukkan pukul 12.00 WIB. Saat itu sudah mulai masuk waktu dhuhur. Diantara kami banyak yang merasa cemas. Betapa tidak, sesuai rencana seharusnya pakaian yang seharusnya bisa kering selama kami pergi kemungkinan besar tidak akan kering pada waktunya. Kala itu cuaca sedang mendung pekat dan banyak sekali pakaian yang harus kering dalam waktu 3 hari. Kembali ke rencana kami untuk pergi ke Kota Jakarta. Sekali lagi karena tidak ada waktu lagi untuk melakukan kegiatan yang sama, akhirnya kami memutuskan untuk tetapi pergi walaupun hari mulai gerimis.

Perjalanan kami pertama kali dimulai dengan memasuki sebuah angkot jurusan sangiang. Sebenarnya jika kami mau berhemat, maka opsi ini tidak perlu dilakukan. Jarak antara perumahan kami dengan pertigaan sangiang tidak lebih dari 500 meter. Namun karena cuaca sedang hujan, kami memutuskan untuk tetap naik angkot. 

Tidak lebih dari 10 menit kami sampai di transit di titik pertama. Tidak sampai pertigaan yang dimaksud kami sudah turun. Kami berteduh di emper sebuah toko sembari menunggu hujan reda. Memang hari itu bukan hari yang baik, namun jika kami memutuskan untuk tetap tinggal, maka akan menjadi hari yang lebih buruk lagi. 

25 menit berlalu dan intensitas air mulai menurun. Hujan sedikit reda, kami berjalan menuju tempat ngetem angkot dengan jurusan kalideres. Angkot dengan warna putih hijau ini mempunyai trayek dari Kutabumi Tangerang ke Kalideres Jakarta Barat. Kesan yang didapat adalah macet. Wajar, saat itu adalah hari sabtu dimana banyak orang yang bekerja di jakarta pulang ke kota penyangga lain seperti Tangerang. Selain itu karena banyak pkl dan pedagang pasar yang berjualan di sepanjang pasar. 

Pukul 14.00 kami tiba di Terminal Kalideres, Jakarta Barat. Karena kami akan pergi ke kota tua, maka terdapat 2 opsi yang bisa dipilih. Naik metromini atau naik transjakarta. Untuk alasan biaya dan kenyamanan kami memilih transjakarta. Dengan modal Rp. 3500 kita bisa berkeliling jakarta menggunakan bus transjakarta selama kita tidak keluar dari halte bus. Kita cukup transit dari satu koridor ke koridor lain jika berada di halte. Karena kebetulan tujuan kami kota tua, kami harus menuju halte bus Harmoni untuk transit ke koridor 1 jurusan blok M – kota. Waktu tempuh sekitar 1,5 jam.

Pukul 15.30 kami sampai di halte bus kota, tak jauh dari tujuan kami. Karena baru pertama kali, ternyata untuk keluar dari halte kami tidak bisa langsung menuju jalan raya karena untuk keluar kami harus melewati terowongan bawah tanah secara melingkar. Tak disangka ternyata memerlukan jarak yang cukup jauh. Di bawah kami menemukan toilet dan mushola. Karena memang sudah waktu asar, kami mampir untuk menunaikan ibadah sholat asar dan beristirahat.

30 menit berlalu kami kemudian berkeliling di kawasan kota tua. Kala itu sedang ada acara jakarta festival di tempat tersebut. Banyak sekali hiasan dan acara hiburan yang disediakan. Setelah makan di utara kawasan kota tua, kami berjalan-jalan di sekitar kawasan tersebut. Membeli beberapa souvenir dan mengambil beberapa fot o bersama. Kegiatan tersebut kami lakukan hingga waktu maghrib tiba.

Waktu isya hampir tiba, setelah menunaikan ibadah sholat maghrib kami bergegas menuju halte kota untuk menuju monas dengan naik transjakarta lagi. Saat itu adalah ulang tahun jakarta, tidak seperti saat kami berangkat tadi dimana diharuskan membayar Rp. 3500 untuk sekali naik. Kali ini untuk naik transjakarta koridor 1,3, dan 5 tidak dikenakan biaya. Program tersebut digelar selama 2 hari ke depan. Terlihat menyenangkan sepertinya, namun konsekuensinya operasional bus transjakarta menjadi semrawut. 

Bayangkan saja, untuk menunggu satu bus transjakarta untuk kembali ke monas kami harus menunggu selama kurang lebih 1,5 jam. Dalam waktu tunggu tersebut, kondisi halte adalah dipenuhi oleh juga orang-orang yang akan bepergian menggunakan fasilitas yang sama. Udara yang panas dan ketidaktersedianya air minum menambah beban yang harus ditanggung. Semuanya menjadi kelelahan. Di dalam bus, kami juga harus berdiri seperti penumpang yang lainnya.

Dalam perjalanan ternyata bus tidak melwati rute yang seharusnya, sebenarnya jika di kondisi normal bus akan melewati monas dan kami akan turun di halte monas, ternyata jalur tersebut dipotong sehingga kami harus turun di halte pasar senen. Hal itu karena ada penyetopan jalur untuk acara ultah Ibukota Jakarta.

Jam menunjukkan pukul 9 malam, dalam kondisi payah kami harus mencari bus dengan jurusan harmoni atau halte yang lebih dekat dengan harmoni. Sebuah bus datang, karena tidak muat akhirnya kami terpisah. Saya sendiri dengan 2 orang lainnya sudah masuk ke dalam bus, namun tidak dengan 7 orang yang lain. Bingung. Akhirnya kami memutuskan untuk turun di halte pancoran kalau tidak salah. Halte tersebut adalah halte yang berada di sebelah utara istiqlal. Istiqlal sendiri berada di utara monas. Cukup dekat memang. Kami sepakat mengubah rencana dengan bermalam di Istiqlal.

Pukul 9.30 malam kami sampai di gerbang Istiqlal. Tak disangka ternyata pukul 10.00 gerbang harus sudah ditutup dan dikunci. Kami kembali bingung. Sembari menunggu teman-teman yang terpisah kami beristirahat, mandi, dan sholat isya di masjid tersebut. Kondisi kembali berubah lagi ketika teman-teman yang tertinggal ternyata sudah berada di monas. Rencana bermalam di Istiqlal batal, diganti dengan bermalam di monas. Meskipun kami bertiga sudah berada di monas namun tak lantas kami langsung bertemu dengan teman-teman kami. Setelah hampir 2 jam kami berputar-putar akhirnya kami bisa bertemu. 

Waktu itu menunjukkan pukul 13.00. Tinggal lelah dan lapar yang ada. Mengambil beberapa gambar untuk kenangan dan akhirnya kami satu per satu tidur beralaskan terpal milik pedagang kaki lima yang ada. Namun tidak semuanya yang tidur. Masih ada 2 teman kami yang berjaga sehingga tidak cukup untuk mengamankan teman lain yang sedang tertidur. 

Hari mulai beranjak pagi, waktu menunjukkan pukul 3.30. Masih belum memasuki waktu shubuh. Satu persatu dari kami terbangun. Sesuai rencana kami menuju masjid istiqlal lagi untuk menunaikan sholat shubuh serta mandi. Di sana kami bisa beristirahat dengan agak nyaman karena kondisi tempat yang tenang sambil menunggu waktu shubuh tiba. Pukul 05.00 kami berkemas kemas kemudian membeli beberapa oleh-oleh di kawasan monas. Di sana kami juga bisa melihat calon presiden jokowi berorasi dalam acara gerak jalan sehat. Cukup kagum karena bisa melihat sosoknya dari jarak dekat. Setelah itu karena transjakarta masih gratis dan kesempatan terakhir menjelajah jakarta, kami memutuskan untuk menyusuri kawasan blok M. Sama seperti kemarin, halte masih penuh dengan antrian puluhan orang. Perjalanan menuju blok M memakan waktu hampir 2 jam. Hal ini dikarenakan kemacetan yang terjadi di daerah bundaran HI.

Pukul 10.00 pagi kami sampai di kawasan blok M, kami berkeliling untuk melanjutkan membeli beberapa barang. Ada yang membeli baju, sepatu, sabuk, celana, dan barang lainnya. Kami berkeliling sampai kami puas. Belum sampai 1 jam kami sudah puas, akhirnya kami kembali menaiki bus transjakarta untuk menuju ke tempat grosir terbesar yakni pasar tanah abang. Perjalanan kira-kira membutuhkan waktu sekitar 1 jam. 

Tepat saat adzan dhuhur kami sampai di blok E pasar tanah abang. Kami menyempatkan diri untuk makan siang kemudian sholat dhuhur. Setelah itu kami mengunjungi blok E dan blok G. Di sela-sela perjalanan kami juga mengunjungi pasar kaget yang ada di sana. Selama 2 jam berkeliling dan membeli beberapa barang yang belum terbeli kami memutuskan untuk pulang. Pukul 14.30 kami kembali menuju halte untuk pulang ke rumah sementara kami di tangerang.

Demikian perjalanan kami selama 2 hari di Jakarta terhitung mulai tanggal 22 – 23 Juni 2014. Terima kasih.


Perjalanan ke Jogjakarta

Oleh : Refian Ramandaka

Pada hari Sabtu, 21 Desember 2009 kami berangkat menuju Jogjakarta pada pukul 21.00. Pada hari Minggu, 22 Desember 2009 subuh,kami istirahat di Masjid Pekalongan,lalu melanjutkan perjalanan kembali.

Sampai di Jogjakarta langsung mengunjungi Candi Borobudur. Di Borobudur,kami melihat patung-patung secara detail,ada banyak patung disana,ada beberapa patung yang kepalanya tidak ada karna ditelan usia.

Borobudur adalah nama sebuah candiBuddha yang terletak di Borobudur,Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100 km di sebelah barat daya Semarang, 86 km di sebelah barat Surakarta, dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.

Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang di dalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra(sikap tangan) Dharmachakra mudra(memutar roda dharma).

Ada juga patung singa. Pada Candi Borobudur selain patung Budha juga terdapat patung singa jumlah patung singa seharusnya tidak kurang dari 32 buah akan tetapi bila di hitung sekarang jumlahnya berkurang karena berbagai sebab satu satunya patung singa besar berada pada halaman sisi Barat yang juga menghadap ke barat seolah – olah sedang menjaga bangunan Candi Borobudur yang megah dan anggun.

Setelah ke Candi terus aku melajutkan ke Monumen Jogja Kembali (Monjali). Monjali berada di Jln Lingkar Utara (Ring Road Utara), Yogyakarta, antara Jln. Lingkar Utama, Jln. Plagan Tentara Pelajar dan Jln Monjali. Monjali didirikan 29 Juni 1985 dengan peletakan batu pertama dan penanaman kepala kerbau oleh Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan Sri Paduka Paku Alam VIII.

Dis adalah berupa bangunan yang terdiri dari 3 lantai. Lantai pertama terdapat 4 museum yang menyimpan benda-benda bersejarah seperti senjata, mesin ketik, telepon dan sebagainya. Di lantai ini pula terdapat perpustakaan yang kebanyakan berisi buku-buku ensiklopedia. Selain itu terdapat pula ruang pemandu dan, ruang pengelola dan ruang serba guna. bagian luar terdapat pula kolam yang mengelilingi bangunan utama Monjali.

Di lantai kedua terdapat ruang diorama yang mengisahkan perjuangan bangsa Indonesia ketika Belanda menghianati perjanjian Reville hingga terjadilah peristiwa yang sangat bersejarah yaitu Serangan Umum 1 Maret. Di sekeliling bagian luar lantai 2 terdapat pula relief yang kurang lebih menceritakan hal yang sama dengan diorama di dalam. Setidaknya terdapat sekitar 40 relief yang diukir di sekeliling tembok lantai 2 bagian luar.

Salah satu pahatan di lantai 3 Lan Lantai ketiga adalah lantai khusus yang mendoakan para pahlawan yang gugur dan ruang tersebut dinamakan dengan ruang Garbha Graha. Di ruang ini terdapat pahatan yang berukuran besar yang di pahat di dinding ruang. Di tengah ruang terdapat tiang bendera temapt dimana bendera Merah Putih berkibar. Di sisi lain juga terdapat ukiran dari tulisan man presiden Suharto.

Ukiran Nama Pahlawan Yang GugurDi Diluar bangungan utama Monjali terdapat sekitar 422 nama Pahalawan yang terukir yang merupakan Pahlawan yang gugur selama Clash Kedua terhitung dari tanggal 19 Desember 1948 – 29 Juni 1949. Selain itu terdapat pula replika pesawat Cureng yang merupakan sumbangan dari TNI Angkatan Udara.

Peresmian MonjaliMenurut Pak Ngatino yang telah bekerja selama 21 tahun di Monjali. Monjali merupakan ide dan gagasan dari para pejuang kemerdekaan yang masih ada, salah satunya adalah kolonel Soegiarto. Pada saat itu Presiden Suharto bertindak sebagai penanggung jawab pembangunan Monjali, sedangkan Sri Sultan Hamengkubuwono bertindak sebagi orang yang mencarikan lokasi untuk Monjali. Menurut beliau Monjali menghabiskan dana sekitar Rp.9 Miliar untuk pembangunannya. Monjadi sendiri diresmikan dan dibuka untuk publik pada tanggal 6 Juli 1989 oleh mantan presiden Suharto.

Dalam rangka mengenalkan masyarakat tentang dunia penerbangan dan kekuatan angkatan udara Indonesia maka TNI AU membuat museum dirgantara yang diresmikan 4 April 1969 di Jakarta. Akan tetapi atas berbagai pertimbangan maka museum ini dipindahkan ke Yogyakarta ( 29 Juli 1978). Sampai saat ini MUSEUM DIRGANTARA MANDALA terdapat lebih 10.000 koleksi alutsista dan 40 pesawat terbang dari negara barat sampai timur.

Dirgantara berbagai koleksi tersebut antara lain pesawat WEL RI X, yang merupakan pesawat produksi pertama putra putri Indonesia tahun 1948 oleh Biro Rencana dan Konstruksi, Seksi Percobaan Pembuatan Pesawat Terbang, Magetan, Madiun. Pesawat ini menggunakan mesin Harley Davidson 2 Silinder tahun 1928. Lalu Pesawat Pembom Guntai direbut dari Jepang ketika Belanda melakukan blokade terhadap dirgantara Indonesia, pesawat ini juga melaksanakan pemboman terhadap lawan di Semarang tanggal 29 Juli 1947. dan lain sebagainya.

Tempat terakhir yang dikunjungi yaitu Malioboro.Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan kota Jogja, ini didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat perbelanjaan, dan tak ketinggalan para pedagang kaki limanya. Untuk pertokoan, pusat perbelanjaan dan rumah makan yang ada sebenarnya sama seperti pusat bisnis dan belanja di kota-kota besar lainnya, yang disemarakan dengan nama-merk besar dan ada juga nama-nama lokal. Barang yang diperdagangkan dari barang import maupun lokal, dari kebutuhan sehari-hari sampai dengan barang elektronika, mebel dan lain sebagainya. Juga menyediakan aneka kerajinan, misal batik, wayang, ayaman, tas dan lain sebagainya. Terdapat pula tempat penukaran mata uang asing, bank, hotel bintang lima hingga tipe melati.

Keramaian dan semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari banyaknya pedagang kaki lima yang berjajar sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya, hampir semuanya yang ditawarkan adalah barang/benda khas Jogja sebagai souvenir/oleh-oleh bagi para wisatawan. Mereka berdagang kerajinan rakyat khas Jogjakarta, antara lain kerajinan ayaman rotan, kulit, batik, perak, bambu dan lainnya, dalam bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan rotan, wayang kulit, gantungan kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon batik [semacan topi khas Jogja/Jawa], kaos dengan berbagai model/tulisan dan masih banyak yang lainnya. Para pedagang kaki lima ini ada yang menggelar dagangannya diatas meja, gerobak adapula yang hanya menggelar plastik di lantai. Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup ramai saja antar pengunjung akan saling berdesakan karena sempitnya jalan bagi para pejalan kaki karena cukup padat dan banyaknya pedagang di sisi kanan dan kiri.

Dan ini juga perlu di waspadai atau mendapat perhatian khusus karena kawasan Malioboro menjadi rawan akan tindak kejahatan, ini terbukti dengan tidak sedikitnya laporan ke pihak kepolisian terdekat soal pencopetan atau penodongan, dan tidak jarang pula wisatan asing juga menjadi korban kejahatan dan ini sangat memalukan sebenarnya. Tapi setelah setengah jam keliling-keliling, akhirnya dapat juga oleh-oleh.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Designed by Kelompok Tiga -