Posted by : Nur Huda Monday 25 August 2014

Transisi Pendidikan dari SMP ke SMK

oleh : Muhammad Nur Huda

Hari itu, tanggal 22 Januari 2012 pukul 13.00 WIB adalah waktu pulang bagi siswa SMP Negeri 1 Batu. Seperti biasa saya berjalan ke arah selatan seusai melewati gerbang sekolah untuk naik angkutan umum jurusan Batu – Songgoriti dengan letter B. Angkutan tersebut punya rute yang paling dekat dengan rumah saat saya turun. Namun tak biasanya saat saya melewati gerbang. Ada 3 orang berseragam kemeja sedang membagikan brosur pendaftaran siswa baru.”SMK PGRI 03 Malang, kerja aja bisa apalagi kuliah”. Wah, ada yang menarik dengan kalimat yang satu ini. Memang saat itu saya sedang duduk di kelas 9 dan tandanya saya harus mencari sekolah baru saat saya lulus nanti. Kebiasaan untuk membuang brosur pemberian orang yang tidak dikenal akhirnya mendapat pengecualian saat itu.
 Sambil berjalan sesekali terbaca isi dari brosur tersebut. Ada 10 kelas industri, pelatihan mengemudi, mendapat tas, dan lain sebagainya. Benar-benar tawaran yang cukup menarik. Kembali teringat teman-teman di lingkungan rumah yang mayoritas juga lulusan sekolah yang satu ini. Kembali berangan-angan, teman bermain saat kecil ternyata sekarang sudah bekerja di Batam. Memang dia 3 angkatan diatasku. Bergeser dengan yang lebih muda, ternyata sekarang sudah kuliah di politeknik malang. Di sisi lain ada juga yang kuliah entah dimana, tapi mengambil jurusan tentang pendidikan sipil. Ada juga yang memilih dropout untuk menikahi seorang gadis sebayanya. Bervariasi memang, tidak selalu bekerja namun ada juga yang kuliah bahkan menikah.
Setibanya di rumah, aku mulai berkonsultasi dengan kedua orang tua. Memang sebagai orang tua ayah punya kerabat yang kebanyakan putra-putrinya juga bersekolah di SMK PGRI 03 Malang. Kali ini berbeda jika dilihat dari sudut pandang ayah. Kebanyakan dari mereka saat lulus dari SMK ini mendapat pekerjaan yang layak namun dengan catatan lokasi pekerjaan yang sangat jauh misalnya di Sumatra, Jakarta, Kalimantan, bahkan ada yang sampai mendarat di tanah Papua. Keren memang, namun jika dipikirkan ngeri juga harus bekerja dengan jauh dari orang tua. Kembali ke cerita ayah, banyak juga dari mereka yang sedang menempuh kegiatan prakerin malah harus dropout dari sekolah karena masalah tertentu. Belum lagi ada juga yang baru beberapa bulan di sana sudah mendapat surat pindah sekolah. Wah, sekolah ini memang benar-benar menjalankan mottonya, “Success By Discipline”.
Satu lagi keunikan dari sekolah ini. Bagi siswa laki-laki, ternyata ada kewajiban untuk mencukur rambut mereka dengan ukuran yang ditentukan yakni rata 1 cm. Entah apa alasan dari peraturan tersebut namun memang sangat berbeda dengan sekolah swasta sejenis.
Sebenarnya ada 3 sekolah yang menjadi kandidat setelah lulus nanti. Ada SMK PGRI 03 Malang, SMK Telkom Sandy Putra Malang, dan SMKN 1 Singosari. Satu sekolah negeri dan dua sekolah swasta. Menarik, SMK Telkom Sandy Putra Malang terkenal dengan sistem sekolahnya yang baik dan memang menjadi sekolah unggulan untuk jurusan IT. Tak kalah dengan SMKN 1 Singosari. Namun dari 2 sekolah tersebut, SMK Telkom Sandy Putra Malang gugur menjadi pilihan karena factor keuangan. Bayangkan saja untuk pendaftaran awal dibutuhkan dana sekitar 8 juta. Sangat tidak sesuai dengan kondisi keuangan keluarga saya sendiri. SMKN 1 Singosari juga gugur menjadi pilihan karena letak sekolah yang terlalu jauh dari rumah. Akhirnya pilihan jatuh kepada SMK PGRI 03 Malang. Entah apa yang saya pikirkan saat itu, saya begitu tertarik dengan kedisiplinan yang ditawarkan. Menarik untuk dicoba. Di sisi lain, uang masuk dan SPP perbulan juga terhitung lebih murah dari yang lain. Sedangkan untuk jarak sekolah lumayan karena SMK PGRI 03 Malang ini terletak cukup dekat dengan terminal landungsari dimana terdapat bus Puspa Indah yang memang mempunyai rute yang dekat dengan rumah. Teman-teman yang lain ternyata juga banyak yang menjatuhkan pilihan ke SMK PGRI 03 Malang.
Hari silih berganti, tryout demi tryout satu demi satu terselesaikan. Hari itu adalah tanggal 14 Februari 2012. Fotokopi rapor 5 semester dengan legalisir sudah ada di tangan, blanko pendaftaran juga sudah didapat. Berangkatlah aku dengan dibonceng ayah menuju sekolah ini untuk melakukan pendaftaran. Begitu sampai di halaman SMK PGRI 03 Malang, kesan pertama yang didapat adalah memang sekolah ini cukup diancungi jempol. Baru memarkir kendaraan sudah disambut oleh seorang satpam dengan menanyakan keperluan. Akhirnya kami diantar ke tempat pendafataran karena memang hanya itu niat kami. Disana melakukan beberapa tes kesehatan seperti tes buta warna, tes rabun jauh, dan tes tinggi serta berat badan. Tak ada yang sulit karena memang jalur yang ditempuh adalah jalur PPA. Maka dari itu nilai rapor ditentukan. Berbeda dengan jalur regular yang mengharuskan calon siswa untuk komputer. Kurang lebih dari 1 jam proses pendaftaran selesai, tinggal menunggu pengumuman.
Satu bulan berjalan, frekuensi tryout semakin banyak dilakukan untuk persiapan ujian nasional. Tidak ketinggalan jam pelajaran tambahan yang dilakukan saat sebelum dan sesudah jam normal sekolah. Hari yang sangat sibuk saat itu dan juga melelahkan. Akhirnya tiba saat pengumuman diterima/tidaknya calon siswa dari gelombang ppa tahap 1. Saat itu bukan saya sendiri yang mengambil pengumuman teresbut, melainkan ayah saya. Bukannya tidak mau mengambil namun karena terbentur dengan kegiatan sekolah yang penting maka keputusan itulah yang diambil. Saat saya tiba di rumah, dan Alhamdulillah disana terdapat selembar kertas berwarna pink dan hijau yang menerangkan saya diterima bersekolah di sana. Akhirnya selesai sudah proses memilih sekolah yang penuh pertimbangan.
Satu lagi bulan yang berlalu. Hari itu adalah minggu ketiga dari bulan April. Selama 3 hari kami sebagai siswa sekolah menegah pertama menjalani ujian nasional. Setelah melewati hari-hari dengan belajar, berlatih dan berdoa datanglah hari tersebut. Hari pertama adalah pelajaran bahasa Indonesia. Pelajaran yang cukup membingungkan karena jawaban yang disediakan adalah mirip antara satu dengan yang lain. Selain itu bacaan yang disediakan juga tidak bisa dikatakan pendek. Terkadang satu soal menghabiskan sampai satu halaman. Kesabaran dan ketelitian menjadi kunci mengerjakan soal-soal tersebut.
Hari pertama berlalu, kini datang mata pelajaran kedua yakni Matematika. Pelajaran satu ini menjadi pelajaran yang cukup ditakuti oleh sebagian besar siswa karena banyak sulitnya perhitungan yang dilakukan serta banyak juga rumus yang harus dihafalkan. Sekali lagi ketelitian dan hafalan rumus sangat diperlukan.
Hari terakhir ujian nasional akhirnya tiba. Kali ini adalah mata pelajaran IPA yang diujikan. Tak terlalu sulit juga tidak terlalu mudah. Namun ketelitian dan pemahaman materi sangat diperlukan. Terdapat beberapa perhitungan yang harus dilakukan untuk soal-soal fisika. Mungkin ini adalah kombinasi soal dari 2 hari yang lalu.
Akhirnya 3 hari penentuan sudah bisa dilewati dengan lancar. 2 bulan kedepan hari demi hari adalah digunakan untuk menunggu pengumuman kelulusan. Tidak ada hal yang berarti untuk dilakukan. Hari itu minggu kedua dari bulan Mei dan pada hari itu juga adalah hari untuk melakukan pengukuran segaram di sekolah yang baru. Saya dan empat teman lainnya bersama-sama naik bus Puspa Indah untuk berangkat ke sekolah tersebut. Suasana baru dapat dinikmati. Ternyata lelah juga jika setiap hari harus naik bus untuk berangkat sekolah. Mungkin juga karena memang saat itu baru pertama kalinya. Tidak lebih dari 1 jam proses pengukuran seragam sekolah sudah selesai. Kami memutuskan untuk pulang. Namun kali ini kami ingin mencoba untuk pulang dengan angkutan kota. Dan dapat ditarik kesimpulan bahwa naik angkutan kota lebih tidak nyaman disbanding naik bus, disamping itu waktu tempuh yang dibutuhkan juga lebih panjang.
1 bulan kembali berlalu. Hari ini pengumuman kelulusan. Satu acara yang dimulai dari pukul 8 hingga pukul 1 siang dilakukan. Mulai dari sambutan-sambutan, berbagai pertunjukan, pengumuman kelulusan hingga, pembagian ijazah. Dan Alhamdulillah saya lulus dengan nilai yang cukup memuaskan.
Kini tiba saatnya mulai menjalani pendidikan di sekolah yang baru. Hari itu adalah hari sabtu di minggu pertama bulan juni. Semua siswa diharapkan berkumpul untuk pembekalan MOS yang akan dilakukan selama 1 minggu ke depan. Pembagian seragam olahraga dan seragam mos dilakukan. Tak ketinggalan tas yang dijanjikan juga diberikan. Acara berlangsung hingga pukul 11. Banyak siswa yang masih belum sesuai dengan peraturan SMK yang mewajibkan siswanya untuk mencukur rambut sesuai ketentuan. Oleh karenanya banyak juga yang harus terlebih dahulu menyelesaikan urusannya dengan pihak sekolah. Ternyata memang benar apa yang dibicarakan dari mulut ke mulut tentang peraturan sekolah ini. Disiplin iya, gundul iya, dan yang pastinya sangat menuntut untuk taat kepada peraturan. Dan yang terpenting kini saya sendiri masih menjadi bagian dari sekolah ini hingga saat ini.

Leave a Reply

Subscribe to Posts | Subscribe to Comments

- Designed by Kelompok Tiga -